Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Featured Posts

Blogger Tricks

Sabtu, 28 Maret 2015

Vacum Of Ngeblog

Vacum Of Ngeblog

Belakangan ini saya jarang bahkan tidak pernah mengepost seperti biasanya. Hal ini karena saya sangat sibuk dengan kegiatan sekolah dan berhubung saya sudah kelas sembilan, yang mana saya akan segera menghadapi UN. Jadi kami diberikan semacam tes atau biasa disebut LUN (Latihan Ujian Nasional) dan Try out agar kami bisa mengetahui kesiapan kami dalam menghadapi UN. Teman - teman saya pada takut jika mereka tidak lulus lah, nilai jelek lah, atau yang lainnya. Bagi saya mereka termasuk orang yang bukanlah optimis tetapi pesimis. Sementara saya tenang tenang saja, karena saya menganut prinsip bahwa "Nilai diatas kertas tidak bisa menentukan kesuksesan seseorang". Jadi saya tidak terlalu stres atau depresi atau semacamnya karena dihantui oleh UN. Pengalaman SD saya UN tidak belajar tetapi mendapatkan nilai yang sangat memuaskan. Hal ini karena saya cuma berdoa sepanjang ibadah saya dan juga tidak lupa sedekah kepada orang orang yang membutuhkan. Oleh karena itu janganlah berpikiran bahwa nilai kecil, ketika besar tidak bisa jadi apa apa. Karena kesuksesan itu berada ditangan Tuhan. Jika kita berusaha sekuat apapun, mengeluarkan biaya sebesar apapun, dengan cara apapun untuk mencapai kesuksesan jika Tuhan tidak meridhai kita sukses maka kita tidak akan sukses. 

Melalui tulisan ini saya menghimbau kepada para siswa yang sudah pesimis untuk jangan berpikir seperti yang kalian pikirkan itu lagi. Jangan berkecil hati juga untuk siswa yang kurang kemampuan. Tetapi ingat jika kita berdoa tanpa usaha maka hasilnya akan sama saja. Kita belajar semampu kita dan berdoa lebih banyak dari yang kita usahakan, maka kita akan mendapatkannya 100%. Jika kalian tidak percaya tanyakan pada orang yang sudah pernah mengalami hal ini. Saya mengambil contoh dari Menteri Kelautan kita yaitu Bu Susi. Beliau tidak lulus sma, tetapi dia bisa menjadi seperti sekarang. Karena hal itu saya bisa percaya bahwa hal ini nyata bukan maya. Sedikit saja yang dapat saya sampaikan Terima kasih semoga dapat memotivasi para pembaca. 

Rabu, 04 Maret 2015

Today Story

Today Story

Pagi di sekolah suasana piket. Pagi ini mungkin termasuk pagi yang santai tidak seperti hari biasanya, jika pagi biasanya kami sudah ada saja hal hal yang terjadi. Seperti halnya bacot bacotan lah, ribut masalah piket dan hal yang lainnya. 

Pukul 07.05 bel berbunyi. Semua siswa baris dengan rapih di lapangan untuk apel pagi (kebiasaan). Hari ini juga berbeda yang biasanya kelas kami tidak pernah rapih tetapi hari ini rapih dengan cepat tanpa disiapkan terlebih dahulu seperti biasa, bahkan hanya kelas kami yang tidak disiapkan. Untuk itu karena takut dimarahi saya sebagai wakil ketua kelas maju untuk menyiapkan sebagai pengganti ketua kelas karena ketua kelasnya agak sedikit telat. Kami jalani apel hingga selesai, seperti biasa baris dengarkan lupakan itu merupakan anggapan bagi banyak siswa di sini. 

Pukul 07.20 apel selesai dan masuk ke kelas dan pembiasaan baca Quran sampai pukul 07.30. Bel pelajaran pertama berbunyi. Kami belajar pelajaran pertama yaitu pkn. Lanjut ke pelajaran kedua agama, kami ulangan harian kedua hari ini. Jadi karena pelajarannya kepotong istirahat, kami minta ulangannya abis istirahat. Kami menggunakan sejam sblm istirahat untuk belajar. 

Pukul 09.30 bel istirahat berbunyi. Seperti biasa kami jajan ke kantin terus ke kelas lagi. Tetapi saya tidak ikut jajan melainkan saya hanya belajar untuk ulangan itu. Jika bosan belajar saya main hp sebagai selingan. 

Pukul 10.00 bel masuk berbunyi. Kami tidak merasa tegang seperti biasanya jika ada ulangan. Karena soalnya gampang. Ketika guru datang kami dibagi soal olehnya dan mengerjakan dengan lancarnya. Tidak lama-lama hanya 20 menit saja sudah ada yang mengumpul dan yang sudah selesai boleh keluar dulu itu sangat menyenangkan. Setelah selesai semua kami dibiarkan dan terserah untuk ngapain aja sampai habis waktunya dan ganti pelajaran. 

Waktu pelajaran agama sudah selesai berganti menjadi pelajaran selanjutnya yaitu mtk. Di pelajaran mtk kami hanya melanjutkan materi seperti biasa dan untuk sejauh ini kami sudah banyak mengerti. 
Kami diberikan latiha latihan agar lebih bisa lagi. Kebetulan setelah pelajaran mtk adalah shalat.

 Bel berbunyi waktunya shalat. Seperti biasa yang laki-laki terlebih dahulu kemudian setelah selesai yang laki" baru yang perempuan shalat. Ketika sudah selesai shalat semuanya masih ada waktu ntuk istirahat makan. Kami semua makan makanan yang bawa dari rumah jika yang dibekali dan juga yang beli jika tidak dibekali. Setelah selesai makan biasanya kami yang laki" di kelas kami main game atau ngobrol ngobrol. Hari ini yang perempuan di kelas kami ketika kami shalat mereka pesta durian sampai mabok di kelas tanpa sepengetahuan kami. Waktu kami sampai kelas mereka belum selesai menghabiskan durian tersebut. Kelas menjadi bau durian (parfum gratis). 

Pukul 13.00 tepat pelajaran terakhir yaitu biologi, pelajaran dimana kami tidak tau lagi harus ngapain untuk ngelakuin apa apa. Didukung oleh gurunya juga yang ngeselin. Jadi kami tidak peduli dengan keadaan kelas kami yang berantakan. Tiba-tiba gurunya datang kelas masih berantakan dan seketika keadaan menjadi gupek. Kami sudah membereskannya ketika guru itu masuk ia mencium bau durian. Lalu ia masuk dan berkata "Itu tuh mabok gara gara makan duren nggk bagi bagi". Tiba tiba ia menyuruh kami duduk dan ia memberikan pengumuman yang ternyata pengumuman itu adalah "Hari ini semua guru rapat jadi semua guru nggk bisa ngajar. Jadi kalo sekolah lain dipulangkan tetapi smp 1 tidak". Jadi kami dikasih tugas deh, yang ternyata tugasnya adalah hanya disuruh membaca baca buku dan mempelajarinya saja. Ketika ibu itu sudah keluar kami berteriak sorak bahagia karena bebas dan free. Kami bebas, terserah mau ngapain aja. 

Kami tidak ngapa- ngapain tanpa kerjaan bosen juga. Sampai pada suatu saat anak perempuan ngajak main kucing kucing buta. Tanpa basa basi sekelas langsung pada ikutan main. Untuk menentukan siapa yang jadi kami melakukan hompimpa ditentukan dengan yang banyak menang. Ternyata yang terbanyak adalah putih. Karena yang ikut banyak jadi yang putih tersingkir hingga sisa 5 orang dan 5 orang ini hompimpa lagi dan samapai pada akhirnya 1 orang jadi. Untuk itu yang jadi adalah nadhita dan dia ditutup matanya dan diputar putar 10 kali agar pusing. Kami semua berpakaian aneh dan menyumput ditempat strategisnya masing agar tidak ketahuan siapa dia. Jika yang ditebak benar maka ia jadi, tetapi apabila salah maka ia akan jadi lagi. Inilah foto foto beberapa orang yang menggunakan kostum kostum aneh. 


Tanpa disadari waktu pulang sudah dekat, kami tetap lanjut bermain tanpa peduli waktu. Tetapi waktu bel berbunyi kami tetap harus pulang. 

Tepat pukul 14.45 bel pulang berbunyi kami semua berkumpul di lobi sekolah. Kami berbicara bagaimana caranya agar semua sampai ke rumah sakit urip yang dimana di sana kami akan menjenguk ibu dari salah satu teman kami yang skit. Kami memutuskan untuk berangkat menggunakan mobil pribadi. Tetapi kami sempat khawatir karena takutnya jika kami sudah sampai kesana ternyata sudah dipindahkan ke rumah sakit umum. Untuk memastikannya kami menelpon teman kami yang mana dia adalh anaknya agar mendapatkan informasi yang jelas. Setelah menelpon hasilnya ternyata belum dipindahkan jadi kami menghela nafas Alhamdulillah. Kami semua berangkat. 

Sampai di sana kami kebingungan dimana ruangan tempat rawa inapnya. Awalnya kami tidak kepikiran untuk bertanya kepada receptionis. Kami jalan sana sini ke lantai atas dan ke bawah lagi tetapi tidak ketemu juga. Sampai pada suatu titik saya bilang "Kenapa nggk tanya receptionist aja ?" mereka sadar bahwa mereka sangatlah lalai ketika saya bilang begitu. Akhirnya kami bertanya dimana ruangan tersebut lantai berapa, kami langsung menuju kesana. Pada hirnya kami sampai di ruangan tersebut dan setiap siswa salim kepada ibunya. Dalam halnya kami bingung kenapa ibunya terkena kangker stadium 4 masih sehat sehat saja. Kami anak laki-laki ngobrol di luar ruangan, membicarakan hal itu. Karena kami kurang percaya. 

Tidak lama dari itu kami sudah mulai merasa agak sedikit bosan. Langsung saja kami berpamitan untuk pulang. Diakhir akhir itu kami memberikan sedikit hal kecil yang semoga bermanfaat bagi kesembuhan ibunya. Kami tidak enak jika langsung memberikannya kepada ibunya, lalu kami memberikannya kepada anaknya agar nanti dia yang dapat memberikannya. Kami pulang dengan perasaan senang. Kami pulang sama seperti datang menggunakan mobil pribadi. Tetapi tidak seperti berangkat, waktu berangkat kami samaan. Jika pulang ini kami tidak samaan lagi. Kelompok saya pulang paling terakhir. Kami naik mobil tante dari salah satu teman kami yaitu ajeng. Rombongan kami pulang paling terakhir, jadi kami menunggu kawan kami yang lainnya yang belum pulang. Ketika semua sudah pulang kami juga pulang. Di jalan kami bercanda ria dengan mengobrol ngobrol tentang apa yang telah didapat tadi waktu di rumah sakit. Kami semua pulang ke sekolah lagi. Sampai di sekolah dijemput masing masing, yang mana saya paling terakhir dijemput. 

Yang terpenting yang dapat kita ambila dari cerita ini adalah : Persahabatan tidak akan pernah putus walaupun kadang rusak. Kerusakan tidak akan memutus tetapi hanya menjadi bahan agar bisa diperbaiki. 

Terima Kasih semoga memotivasi. 





Senin, 02 Maret 2015

Di Situ Kadang Saya Merasa Sedih.

Di Situ Kadang Saya Merasa Sedih.

Belakangan ini identik dengan meme "Di situ kadang saya merasa sedih". Hal ini awalnya berasal dari tangan jahil dan kreatif yang tidak sengaja atau mungkin sengaja untuk membuat ini. Yang menjadi sudut pandang hal ini adalah hal hal yang mungkin lucu menurut para penggemar meme. Dalam meme ini yang menjadi trending topic atau trend pembicaraan adalah Bripka Dewi yang mana ia menjadi figuran pada meme ini. Seperti halnya ini 



















Padahalnya semua orang hanya bertujuan untuk membuat lelucon saja, tetapi pada akhirnya banyak masyarakat yang tidak mengindahkan hal tersebut. Jadi pada dasarnya hal ini dapat menjadi dampak postif dan negatif, tergantung masyrakat mengolahnya seperti apa. Yang terbaik adalah yang positif jadi jika kita masih merasa diri kita waras ambilah sisi positif dari hal ini.  Terima Kasih semoga bermanfaat walaupun hanya sedikit.  

AKB48

AKB48

AKB48 merupakan merupakan bagian dari 48 family. 48 Family tidak terdiri dari JKT dan AKB saja melainkan masih banyak lagi seperti SKE48, HKT48, SNH48, NMB48 dan lain lain. Nah sekarang yang saya mau tulis adalah yang saya ketahui tentang AKB48. 

AKB adalah kepanjangan dari Akihabara. Akihabara adalah salah satu kota di Jepang dimana tempat berdirinya AKB48 tersebut. Jadi nama AKB48 diambil dari nama AKihaBara48 sesuai dengan nama kotanya, seperti halnya JKT48 diambil dari nama kotanya yakni JaKarTa48. Dalam tulisan saya kali ini saya menyampaikan bahwa saya tidak hanya ngefans terhadap JKT saja tetapi AKB pun juga. Karena hal ini saya jadi tertarik untuk mempelajari dan memperdalam bahasa Jepang agar suatu saat nanti jika cita-cita saya terkabul yakni menjadi arsitektur di Jepang saya tidak kesusahan untuk berbicara dengan orang - orang di Jepang nantinya(Amin). 

Tidak terlepas dari hal tersebut saya juga memiliki oshi dari setiap sister group yang telah dibicarakan tadi. Langsung saja ini dia.

Oshi saya dari AKB48 sekarang adalah Haruna Kojima. Karena dia adalah wanita yang tidak terlalu ceria dan juga pemurung. Menurut saya ia memiliki keistimewaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Walaupun dia agak lemot sehingga ia mendapat julukan airhead idol atau berkepala kosong (lemot) tetapi hal ini yang dapat menjadi alasan saya untuk mengoshikannya.
Ia seringkali menjawab pertanyaan - pertanyaan dengan jawaban yang konyol. Salah satunya adalah ketika ia kalah telak dari Jurina Matsui dalam kuis ilmu pengetahuan umum, atau ia harus menjalani latihan khusus di sebuah kuil untuk meningkatkan kemampuan konseterasinya. Sebenarnya saya adalah oshihen nya watanabe Mayu.

Selanjutnya oshi saya dari JKT48 adalah Jennifer Hanna. Oleh karena halnya saya memilih Hanna selain karena cantik ia juga terkadang bisa menunjukkan kedewasaannya sebagai seorang remaja tetapi terkadang juga ia masih seperti anak kecil. Hal ini disitu saya kadang merasa sedih. Dalam hal ini ia lebih sering memperlihatkan sifat kedewasaanya yang mulai menyadari bahwa dirinya bukan anak kecil lagi. Lebih tepatnya emosional and easy going. Ia selalu kelihatan ceria dan ia dekat dengan semua member terutama semua member team kiii. Walaupun ia terkadang tidak masuk di akal tetapi dia lah yang terbaik bagi saya.

Dengan ini saya ambil positifnya saja dari hal yang telah saya bahas tadi. Karena orang yang yang selalu berfikir positif maka ia akan mendapatkan hal yang positif pula by indrasta. Terima Kasih   

Sabtu, 28 Februari 2015

Akward Moment

Awkward Moment 

Setiap orang pasti pernah mengalami hal seperti ini. Terkadang orang menganggap hal ini sepele, tetapi pada halnya ini bukanlah hal yang sepele. Hal ini dapat menambah pengalaman jika untuk ditulis di dalam buku harian (bagi yang senang menulis memo). Jadi lebih banyaka awkward moment lebih banyak pula pengalaman yang kita miliki. Tidak meunutup kemungkinan bahwa setiap orang bisa melakukan hal ini. Tetapi hal ini tidak selaras dengan jalannya hidup, orang-orang males untuk menulis hal kesehariannya seperti akward moment ini. Selain didasari dengan males juga orang menganggap hal ini sepele dan tidak ada gunanya yang pada dasarnya hal ini justru berguna untuk menambah pengalaman agar tetap dapat diingat hal-hal ini sampai tua.Sehingga kita dapat bernostalgia. 

Tanpa adanya akward moment hidup tidak akan terasa bahagia, karena dengan adanya hal ini kita dapat menertawakannya dan merasakan malunya pada saat itu. Nah hal ini lah yang membuat hidup jadi ramai dan bahagia. 

Terima kasih semoga bermanfaat !  



Minggu, 22 Februari 2015

FUTSAL

FUTSAL

Futsal merupakan salah satu olahraga kesukaan saya, futasal juga merupakan olahraga yang dapat melatih kebersamaan dan solidaritas. Olahraga ini memiliki solidaritas yang sangat tinggi. Olahraga ini banyak digemari oleh lelaki, jadi pada umumnya pemain futsal adalah laki - laki. Futsal merupakan permainan sepak bola juga, tetapi dimainkan dengan personil yang lebih sedikit dan lapangan juga lebih kecil dari lapangan sepak bola.

Sabtu (24 - 1 - 2015) yang lalu gw dan kwn" gw baru pulang les tepatnya di Primagama. Pada waktu itu sudah berencana dari jauh jauh hari untuk bermain futsal bersama dan ditepatkan pada hari itu. Hari itu tiba kami berkumpul setelah pulang les untuk bermain futsal. Kami semua sudah siap untuk main, tetapi tiba" rintik hujan pun turun dengan derasnya. So jadi kami sudah putus asa jika bakal tidak jadi main. Semua kwn" gw sudah putus asa, tapi gw blm putus asa dulu karena gw blm kehabisan ide. Salah satunya cara pada waktu itu adalah dengan berdoa dan kebetulan pada waktu itu gw blm shalat maghrib karena waktu itu masih dalam waktu maghrib. Gw ngajak kwn" gw untuk shalat bagi yg muslim. Selepas shalat gw berdoa "Ya Allah aku mohon hentikanlah hujan ini untuk semetara, karena kami ingin bermain futsal". Selang beberapa menit kemudian hujan pun semakin meredah. Kami pun berangkat ke lapangan yang telah di booking. Sampai di sana semua sudah ganti baju siap untuk main tiba" rintik hujan mulai turun lagi dan kemudian berhenti lagi dan yang pada akhirnya hujan itu tidak datang lagi. Kami membagi team dan bermain dengan senang. Setengah permainan kira" baru berjalan 15 menit, rintik hujan turun lagi. Gw dan kwn" masih asik seru seruan main sampai sampai kami tidak sadar bahwa sekarang sudah hujan. Tetapi itu tidak menghentikan permainan kami. Walau hal itu membuat lapangan menjadi licin tetapi tidk lah masalah bagi kami yang sudah terbawa suasana. Bermain tanpa ada jeda istirahat pun tak apa, kami tidak merasakan pegal ataupun capek sedikitpun mungkin karena terbawa suasana.

Tepat pukul 09.00 kami berhenti bermain karena waktu penyewaan sudah habis. Kami semua pulang dengan motor masing", sementara gw masih menunggu jemputan jadinya gw pulang paling terakhir diantara teman" gw. Waktu gw kembali ke lapangan gw ngeliat ada sendal yg ketinggalan, terus gw bwa ajadeh siapa tau ada yang ketinggalan kan. Setelah ngambil sendal itu gw dijemput dan pulang. Tetapi sebelum pulang kerumah gw diajak sama bpk gw untuk ke sebuah restoran, tetapi gw nggk mau soalnya badan gw bsh kan abis maen hujan - hujanan. Terus ya udh gw langsung pulang aja. Sesampainya di rumah gw langsung mandi ganti baju dan tidur.

Mungkin ini salah satu moment yang juga nggk bakal dapat gw lupakan. Terima kasih semoga ini dapat memotivasi. Bye !!!

Rabu, 18 Februari 2015

Tak Dikenal

Tak Dikenal


Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.

"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini."

Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.

"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?"
Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."

"Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."

Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.

"Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri."

Pengacara tua itu meringis.
"Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
Pengacara tua itu tertawa.
"Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maaf.

"Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, "jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini."

Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang.

"Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog."
"Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya."

"Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa? Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.

Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin danbeku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang.

Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini."

Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. Kemudian ia melanjutkan.

"Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya."

"Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu tiba-tiba.
Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.
"Bagaimana Anda tahu?"

Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu."

Pengacara muda sekarang menarik napas panjang.
"Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya."

Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?"
"Antara lain."
"Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu.
"Jadi langkahku sudah benar?"
Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.

"Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena ketakutan, bukan?"
"Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
"Bukan!"
"Lalu karena apa?"
Pengacara muda itu tersenyum.
"Karena aku akan membelanya."
"Supaya dia menang?"

"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
"Apa jawabanku salah?"
Orang tua itu menggeleng.

"Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang."

"Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan."

"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang."

"Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini."

Pengacara muda itu tertawa kecil.
"Itu pujian atau peringatan?"
"Pujian."
"Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?"
"Betul!"

Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Yang tua memicingkan matanya dan mulai menembak lagi.
"Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?"

"Bukan! Kenapa mesti takut?!"
"Mereka tidak mengancam kamu?"
"Mengacam bagaimana?"
"Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman. Dia tidak memberikan angka-angka?"

"Tidak."
Pengacara tua itu terkejut.
"Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?"
"Tidak."
"Wah! Itu tidak profesional!"
Pengacara muda itu tertawa.
"Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang!"
"Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?"
Pengacara muda itu terdiam.
"Bagaimana kalau dia sampai menang?"
"Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan main-main dengan kejahatan!"
"Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?"
Pengacara muda itu tak menjawab.
"Berarti ya!"
"Ya. Aku akan memenangkannya dan aku akan menang!"

Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya.

"Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan karena kamu disogok."
"Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut."

"Dan kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu, bukan?"

"Betul."
"Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang.

Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesional."

Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberikan kesempatan.
"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia."

Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan.

"Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang profesional."
"Tapi..."

Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam."

Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki mata yang sangat indah itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu, agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dan berbisik.

"Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara. Dan semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang lalai."

Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.

Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.

"Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai profesional, anakku," rintihnya dengan amat sedih, "Aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang profesional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?"
 
Blogger Templates Read more: http://www.caraseoblogger.com/2013/11/cara-menambahkan-animasi-burung-twitter.html#ixzz3TKjTVRI8